Baca Juga
Pengertian, Jenis dan Sifat sifat Karbohidrat
KATA PENGANTAR
Puji
syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Karbohidrat”.
Penulis menyadari bahwa makalah ini
tidak dapat terselesaikan dengan baik, apabila
tidak ada bantuan-bantuan baik secara langsung maupun secara tidak langsung
dari berbagai pihak yang bersangkutan.
Kami sadar bahwa dalam makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan. Hal itu di karenakan keterbatasan kemampuan dan
pengetahuan kami. Oleh karena itu, kami mohon maaf atas segala kekurangan dan sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari para
pembaca. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pengembangan wawasan dan
peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua. Atas perhatiannya,
penulis mengucapkan terima kasih.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Karbohidrat atau Hidrat Arang adalah suatu zat gizi yang
fungsi utamanya sebagai penghasil energi, dimana setiap gramnya menghasilkan 4
kalori. Walaupun lemak menghasilkan energi lebih besar, namun karbohidrat lebih
banyak di konsumsi sehari-hari sebagai bahan makanan pokok, terutama pada
negara sedang berkembang. Di negara sedang berkembang karbohidrat dikonsumsi
sekitar 70-80% dari total kalori, bahkan pada daerah-daerah miskin bisa
mencapai 90%. Sedangkan pada negara maju karbohidrat dikonsumsi hanya sekitar
40-60%. Hal ini disebabkan sumber bahan makanan yang mengandung karbohidrat
lebih murah harganya dibandingkan sumber bahan makanan kaya lemak maupun
protein.
Dalam kehidupan sehari-hari kita melakukan aktivitas,
baik yang merupakan kebiasaan misalnya berdiri, berjalan, mandi,
makan, dan sebagainya atau yang hanya kadang-kadang saja kita lakukan. Untuk
melakukan aktivitas itu kita memerlukan energi. Energi yang diperlukan ini kita
peroleh dari bahan makanan yang kita makan. Pada umumnya bahan makanan itu
mengandung tiga kelompok utama senyawa kimia, yaitu karbohidrat, protein, dan
lemak atau lipid. Bahan makanan pokok yang biasa kita makan ialah beras,
jagung, sagu, dan kadang-kadang juga singkong atau ubi. Bahan makanan tersebut
berasal dari tumbuhan dan senyawa yang terkandung di dalamnya sebagian besar adalah karbohidrat, yang terdapat sebagai amilum atau pati.
Karbohidrat ini tidak hanya terdapat sebagai sebagai pati saja, tetapi terdapat
pula sebagai gula misalnya dalam buah-buahan, dalam madu lebah, dan lain
sebagainya.
B.
Rumusan Masalah
Adapun
masalah yang akan dibahas pada penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah
yang dimaksud dengan karbohidrat?
2. Apa jenis
karbohidrat dan sifatnya?
3. Bagaimana
perubahan kimia karbohidrat dalam pengolahan?
4. Apa
prinsip dan metode analisis karbohidrat?
C.
Tujuan Penulisan
Tujuan yang ingin dicapai pada penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan
karbohidrat.
2.
Untuk mengetahui jenis karbohidrat dan
sifatnya.
3. Untuk
mengetahui bagaimana perubahan fisik dan kimia karbohidrat dalam pengolahan.
4.
Untuk mengetahui macam-macam metabolisme karbohidrat
D.
Manfaat
Penulisan
Bagi Mahasiswa dan Umun makalah ini
diharapkan dapat membantu dalam mempelajari tentang Karbohidrat yang terdapat
pada bahan makanan.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Karbohidrat
Secara umum definisi karbohidrat adalah senyawa organik yang
mengandung atom Karbon, Hidrogen dan Oksigen, dan pada umumnya unsur Hidrogen dan Oksigen dalam
komposisi menghasilkan H2O. Di dalam tubuh karbohidrat dapat
dibentuk dari beberapa asam amino dan sebagian dari gliserol lemak. Akan tetapi
sebagian besar karbohidrat diperoleh dari bahan makanan yang dikonsumsi
sehari-hari, terutama sumber bahan makan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan.
(Hutahalung, 2004)
Sumber karbohidrat nabati dalam glikogen bentuk glikogen, hanya
dijumpai pada otot dan hati dan karbohidrat dalam bentuk laktosa hanya dijumpai
di dalam susu. Pada tumbuh-tumbuhan, karbohidrat di bentuk dari basil reaksi CO2
dan H2O melalui proses foto sintese di dalam sel-sel tumbuh-tumbuhan
yang mengandung hijau daun (klorofil). (Hutagalung,
2004)
2.
Jenis
Karbohidrat
Karbohidrat merupakan polihidroksi aldehida ataupun polihidroksi
keton yang mengandung unsur karbon (C), hidrogen (H) dan oksigen (O). Pada
tumbuh-tumbuhan yang berklorofil, karbohidrat dihasilkan dari reaksi
karbondioksida dan air dengan bantuan sinar matahari melalui proses
fotosintesis.
Dalam bahan makanan, karbohidrat terdiri dari 3 golongan utama
yaitu monosakarida, oligosakarida dan polisakarida.
Berbagai senyawa yang termasuk kelompok karbohidrat
mempunyai molekul-molekul yang berbeda-beda ukurannya, yaitu dari senyawa yang
sederhana yang mempunyai berat molekul 90 hingga senyawa yang mempunyai berat
molekul 500.000 bahkan lebih. Berbagai senyawa itu dibagi dalam tiga golongan,
yaitu golongan monosakarida, golongan oligosakarida, dan golongan polisakarida.
Uraian ketiga golongan tersebut adalah sebagai berikut:
·
Monosakarida
Monosakarida merupakan karbohidrat yang sederhana dimana molekulnya hanya terdiri atas beberapa atom karbon dan
tidak dapat diuraikan dengan cara hidrolisis dalam kondisi lunak menjadi
karbohidrat yang lain. (Lehninger, 1982):
-
Glukosa
Glukosa adalah salah satu karbohidrat terpenting yang
digunakan sebagai sumber tenaga bagi hewan dan tumbuhan. Glukosa
merupakan komponen utama gula darah, menyusun 0,065-0,11% darah kita. Glukosa
dapat terbentuk dari hidrolisis pati, glikogen, dan maltosa. Glukosa dapat
dioksidasi oleh zat pengoksidasi lembut seperti pereaksi Tollens sehingga
sering disebut sebagai gula pereduksi. Glukosa
merupakan aldehida (mengandung gugus -CHO). Lima karbon dan satu oksigennya
membentuk cincin yang disebut "cincin piranosa", bentuk paling stabil
untuk aldosa berkarbon enam. Dalam cincin ini, tiap karbon terikat pada gugus
samping hidroksil dan hidrogen kecuali atom kelimanya, yang terikat pada atom
karbon keenam di luar cincin, membentuk suatu gugus CH2OH.
-
Galaktosa
Galaktosa merupakan suatu
aldoheksosa. Monosakarida ini jarang terdapat bebas di alam. Umumnya berikatan
dengan glukosa dalam bentuk laktosa, yaitu gula yang terdapat dalam susu.
Galaktosa mempunyai rasa kurang manis jika dibandingkan dengan glukosa dan
kurang larut dalam air. Seperti halnya glukosa, galaktosa juga merupakan gula
pereduksi. Glukosa dan galaktosa bereaksi positif terhadap Larutan fehling, yaitu dengan menghasilkan endapan merah bata
dari Cu2O.
-
Manosa
Manosa
adalah gula aldehida yang dihasilkan dari oksidasi manitol dan memiliki
sifat-sifat umum yang serupa dengan glukosa. Manosa, jarang terdapat di dalam
makanan. Di gurun pasir, seperti di Israel terdapat di dalam manna yang mereka
olah untuk membuat roti.
-
Ribosa
Ribosa adalah gula pentosa yang ditemukan dalam semua sel
tumbuhan dan hewan dalam bentuk furanosa. Ribosa merupakan komponen RNA yang
digunakan untuk transkripsi genetika. Selain itu Ribosa juga berhubungan erat
dengan deoksiribosa, yang merupakan komponen dari DNA. Ribosa juga meupakan
komponen dari ATP, NADH, dan beberapa kimia lainnya yang sangat penting bagi
metabolisme. (www.scribd.com)
-
Xilosa
Xilosa merupakan gula
pentosa, yaitu monosakarida dengan lima atom karbon dan memiliki gugus aldehida.
Gula ini diperoleh dengan menguraikan jerami atau serat nabati lainnya dengan
cara memasaknya dengan asam sulfat encer. Xilosa berbentuk serbuk hablur tanpa warna yang
digunakan dalam penyamakan dan pewarnaan dan dapat juga digunakan sebagai bahan
pemanis untuk penderita kencing manis (diabetes mellitus).
-
Arabinosa
Arabinosa disebut juga gula pektin atau pektinosa.
Arabinosa bersumber dari Getah Arab , Plum, dan Getah Ceri , namun tidak
memiliki fungsi Fisiologis. Arabinosa berupa kristal putih yang larut dalam air
dan gliserol namun tidak larut dalam alkohol dan eter. Arabinosa digunakan
dalam obat-obatan dan medium pembiakan bakteri.
· Polisakarida
Pada
umumnya polisakarida mempunyai molekul besar dan lebih kompleks dari pada mono
dan oligosakarida. Molekul polisakarida terdiri atas banyak molekul
monosakarida. Polisakarida yang terdiri atas satu macam monosakarida saja
disebut homopolisakarida, sedangkan yang mengandung senyawa lain disebut
heteropolisakarida. Umumnya polisakarida berupa senyawa berwarna putih dan
tidak membentuk kristal, tidak mempunyai rasa manis dan tidak mempunyai sifat
mereduksi. Berikut ini contoh dari polisakarida :
- Amilum
Polisakarida
ini terdapat banyak di alam, yaitu pada sebagian besar tumbuhan. Amilum atau
dalam bahasa sehari–hari disebut pati terdapat pada umbi, daun, batang dan biji-bijian. Amilum
dapat dihidrolisis sempurna dengan menggunakan asam sehingga
menghasilkan glukosa. Hidrolisis juga dapat di lakukan dengan bantuan enzim amilase.
Dalam ludah dan cairan yang dikeluarkan oleh pankreas.
- Glikogen
Glikogen
adalah salah satu jenis polisakarida yang terdiri atas glukosa dengan ikatan
rantai lurus dan ikatan rantai percabangan. Glikogen memiliki struktur
mirip amilopektin (salah satu jenis pati) tetapi dengan lebih banyak
percabangan, yaitu setiap 8-12 residu. (Simarmata, 2012). Glikogen
adalah polisakarida yang terbentuk dari kelebihan glukosa dalam tubuh. Seperti
amilum glikogen juga menghasilkan D-glukosa pada proses hirolisis. Pada tubuh
kita glikogen terdapat dalam hati dan otot. Hati berfungsi sebagai tempat
pembentukan glikogen dan glukosa. Apabila kadar glukosa dalam darah bertambah,
sebagian diubah menjai glikogen sehingga kadar glukosa dalam darah normal
kembali. Sebaliknya apabila kadar glukosa darah menurun, glikogen dalam hati
diuraikan menjadi glukosa kembali, sehingga kadar glukosa darah normal kembali. (Poedjiadi, 2009:37)
-
Dekstrin
Dekstrin adalah hasil antara proses hidrolisis amilum
serta warna yang terjadi pada reaksi dengan iodium. Larutan dekstrin banyak
digunakan sebagai bahan perekat.
-
Selulosa
Selulosa adalah molekul yang terdiri dari karbon,
hidrogen, dan oksigen, dan ditemukan dalam struktur selular hampir semua materi
tanaman. Senyawa organik ini, yang dianggap paling melimpah di bumi, bahkan
diekskresikan oleh beberapa bakteri. Selulosa adalah rantai panjang molekul
gula yang dihubungkan satu sama lain untuk memberikan kekuatan pada kayu yang
luar biasa. Selulosa adalah komponen utama dari dinding sel tumbuhan, dan bahan
bangunan dasar bagi banyak tekstil dan kertas. Kapas adalah bentuk alami murni
selulosa.
·
Oligosakarida
Oligosakarida merupakan senyawa yang terdiri atas
gabungan dari beberapa molekul monosakarida. Dua molekul monosakarida yang
berikatan satu dengan yang lain, membentuk satu molekul oligosakarida.
Oligosakarida yang lain adalah trisakarida yaitu terdiri atas tiga molekul
monosakarida dan tetrasakarida yang terbentuk dari empat molekul monosakarida.
Berikut ini beberapa contoh dari ologosakarida :
-
Rafinosa
Rafinosa adalah suatu trisakarida yang penting, terdiri
dari tiga molekul monosakarida yang berikatan, yaitu
galaktosa-glukosa-fruktosa. Atom karbon 1 pada galaktosa berikatan dengan atom
karbon 6 pada glukosa, selanjutnya atom karbon 1 pada glukosa berikatan dengan
atom karbon 2 pada fruktosa. Rafinosa akan menghasilkan galaktosa, glukosa, dan
fruktosa apabila dihidrolisis sempurna.
-
Stakiosa
Stakiosa adalah suatu tetrasakarida.
Dengan jalan hidrolisis sempurna, stakiosa menghasilkan 2 molekul galaktosa, 1
molekul glukosa, dan 1 molekul fruktosa. Pada hidrolisis parsial dapat
dihasilakan fruktosa dan monotriosa suatu trisakarida. Stakiosa tidak mempunyai
sifat mereduksi.
-
Sukrosa atau
sakarosa (C11H22O11)
Sukrosa atau sakarosa adalah
oligosakarida yang tersusun dari dua polimer monosakarida yaitu Glukosa dan
Fruktosa. Sukrosa memiliki rumus molekul yang hampir sama dengan laktosa dan maltosa
tapi berbeda pada struktur molekul. Sukrosa tidak mempunyai sifat pereduksi
karena tidak mempunyai gugus OH bebas yang reaktif. Sukrosa adalah
oligosakarida yang mempunyai peranan sangat penting dalam proses pengolahan
makanan. Sukrosa diperoleh dari hasil pengolahan tetes tebu, nira kelapa,
siwalan (lontar), dll. Sukrosa juga dapat dihidrolisis menjadi komponen
penyusunnya yaitu fruktosa dan glukosa.
-
Laktosa (C12H22O11.H2O)
Laktosa
adalah kelompok disakarida yang terdapat dalam susu. Laktosa merupakan
disakarida yang berasal dari kondensasi antara galaktosa dan glukosa, yang
membentuk ikatan glikosial. Laktosa
bersifat reduktif karena memiliki gugus hidroksil (OH) bebas yang reaktif.
Dalam proses pencernaan, laktosa akan dicerna dengan bantuan enzim laktase
hingga terurai menjadi gula sederhana penyusunnya yaitu glukosa dan galaktosa
yang dapat segera diserap oleh usus dan dirubah menjadi kalori dalam proses
metabolisme tubuh. Secara alami, laktosa terdapat pada air susu dan sering
disebut dengan gula susu. Laktosa yang terfermentasi akan berubah menjadi asam
laktat. Dalam tubuh Laktosa dapat menstimulasi penyerapan kalsium.
-
Maltosa
Maltosa adalah disakarida yang
terbentuk bila pati (Amilum) di hidrolisis oleh amilase. Maltosa adalah terbentuk
dari dua molekul glukosa. ikatan yang terjadi ialah antara atom karbon nomor 1
dan atom karbon nomor 4, oleh karenanya maltosa masih mempunyai gugus –OH
glikosidik dan dengan demikian mempunyai sifat pereduksi. Disakarida yang
banyak terdapat di alam seperti maltosa yang terbentuk dari 2 molekul glukosa
melalui ikatan glikosida. Maltosa diperoleh dari hasil hidrolisa pati dan
banyak dimanfaatkan sebagai pemanis.
3.
Sifat-Sifat Karbohidrat
·
Daya
Mereduksi
Bila monosakarida seperti glukosa dan fruktosa
ditambahkan ke dalam larutan luff maupun benedict maka akan timbul endapan
warna merah bata. Sedangkan sakarosa tidak dapat menyebabkan perubahan warna.
Perbedaan ini disebabkan pada monosakarida terdapat gugus karbonil yang
reduktif, sedangkan pada sakarosa tidak. Gugus reduktif pada sakarosa terdapat
pada atom C nomor 1 pada glukosa sedangkan pada fruktosa pada atom C nomor 2.
Jika atom-atom tersebut saling mengikat maka daya reduksinya akan hilang.
·
Pengaruh asam
Monosakarida stabil terhadap asam mineral encer dan
panas. Asam yang pekat akan menyebabkan dehidrasi menjadi furfural, yaitu suatu
turunan aldehid.
·
Pengaruh Alkali
Larutan basa encer pada suhu kamar akan mengubah
sakarida. Perubahan ini terjadi pada atom C anomerik dan atom C tetangganya
tanpa mempengaruhi atom-atom C lainnya. Jika D-glukosa dituangi larutan basa
encer maka sakarida itu akan berubah menjadi campuran: D-glukosa, D-manosa,
D-fruktosa. Perubahan menjadi senyawaan tersebut melalui bentuk-bentuk
enediolnya. Bilamana basa yang digunakan berkadar tinggi maka akan terjadi
fragmentasi atau polimerisasi. Sehingga monosakarida akan mudah mengalami
dekomposisi dan menghasilkan pencoklatan non-enzimatis bila dipanaskan dalam
suasana basa. Tetapi pada disakarida dalam suasana sedikit basa akan lebih
stabil terhadap reaksi hidrolisis.
4.
Perubahan
Kimia Karbohidrat Dalam Pengolahan
Banyak reaksi-reaksi kimia yang
terjadi selama pengolahan pangan yang pada akhirnya berpengaruh terhadap nilai
gizi, keamanan dan penerimaannya. Masing-masing jenis reaksi dapat melibatkan
reaktan atau substrat yang berbeda, tergantung pada jenis bahan pangan dan
kondisi penanganan, pengolahan dan penyimpanan.
Dalam pengolahan
yang melibatkan pemanasan yang tinggi karbohidrat terutama gula akan mengalami
karamelisasi (pencoklatan non enzimatis).
Faktor pengolahan
juga sangat berpengaruh terhadap kandungan karbohidrat, terutama seratnya.
Beras giling sudah barang tentu memiliki kadar serat makanan dan vitamin B1
(thiamin) yang lebih rendah dibandingkan dengan beras tumbuk. Demikian juga
pencucian beras yang dilakukan berulang-ulang sebelum dimasak, akan
sangat berperan dalam menurunkan kadar serat.
Ø Metode Kimia
Metode ini didasarkan pada sifat mereduksi gula, seperti
glukosa, galaktosa, dan fruktosa (kecuali sukrosa karena tidak memiliki gugus
aldehid). Fruktosa meskipun tidak memiliki gugus aldehid, namun memiliki gugus
alfa hidroksi keton, sehingga tetap dapat bereaksi. Dalam metode kimia ini ada
dua (2) macam cara yaitu :
a)
Titrasi
Untuk cara yang pertama ini dapat melihat metode yang telah
distandarisasi oleh BSN yaitu pada SNI cara uji makanan dan minuman nomor SNI
01-2892-1992.
Spektrofotometri
Adapun untuk cara yang kedua ini menggunakan prinsip reaksi reduksi CuSO4
oleh gugus karbonil pada gula reduksi yang setelah dipanaskan terbentuk
endapan kupru oksida (Cu2O) kemudian ditambahkan Na-sitrat dan
Na-tatrat serta asam fosfomolibdat sehingga terbentuk suatu komplek senyawa
berwarna biru yang dapat diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang
630 nm.
b)
Metode enzimatis
Untuk metode enzimatis ini, sangat tepat digunakan untuk penentuan kagar
suatu gula secara individual, disebabkan kerja enzim yang sangat spesifik.
Contoh enzim yang dapat digunakan ialah glukosa oksidase dan heksokinase
Keduanya digunakan untuk mengukur kadar glukosa.
c)
Metode Dinitrosalisilat (DNS)
Prinsip:
Metode ini
digunakan untuk mengukur gula pereduksi dengan teknik kolorimetri. Teknik ini hanya
dapat mendeteksi satu gula pereduksi, misalnya glukosa. Glukosa memiliki gugus
aldehida, sehingga dapat dioksidasi menjadi gugus karboksil. Gugus aldehida
yang dimiliki oleh glukosa akan dioksidasi oleh asam 3,5-dinitrosalisilat
menjadi gugus karboksil dan menghasilkan asam 3-amino-5-salisilat pada kondisi
basa dengan suhu 90-100oC. Senyawa ini dapat dideteksi dengan spektrofotometer
pada panjang gelombang 540 nm.
d)
Metode Asam Fenol Sulfat
Prinsip:
Metode ini disebut
juga dengan metode TS (total sugar) yang digunakan untuk mengukur total gula.
Metode ini dapat mengukur dua molekul gula pereduksi. Gula sederhana,
oligosakarida, dan turunannya dapat dideteksi dengan fenol dalam asam sulfat
pekat yang akan menghasilkan warna jingga kekuningan yang stabil.
Ø Metode fisika
a. Berdasarkan
indeks bias
Cara ini menggunakan alat yang dinamakan refraktometer, Refraktometer adalah alat yang digunakan
untuk mengukur kadar/ konsentrasi bahan terlarut. Misalnya gula, garam, protein, dsb. Prinsip kerja dari refraktometer
sesuai dengan namanya adalah memanfaatkan refraksi cahaya. Refraktometer
ditemukan oleh Dr. Ernest Abbe seorang ilmuan dari German pada permulaan abad
20 (Anonim, 2010). Pengukurannya didasarkan atas prinsip bahwa cahaya yang
masuk melalui prisma-cahaya hanya bisa melewati bidang batas antara cairan dan
prisma kerja dengan suatu sudut yang terletak dalam batas-batas tertentu yang
ditentukan oleh sudut batas antara cairan dan alas.
yaitu dengan rumus :
X = [(A+B)C - BD)]
dimana :
X = % sukrosa atau gula yang diperoleh
A = berat larutan sampel (g)
B = berat larutan pengencer (g)
C = % sukrosa dalam camp A dan B dalam tabel
D = % sukrosa dalam pengencer B –
X = [(A+B)C - BD)]
dimana :
X = % sukrosa atau gula yang diperoleh
A = berat larutan sampel (g)
B = berat larutan pengencer (g)
C = % sukrosa dalam camp A dan B dalam tabel
D = % sukrosa dalam pengencer B –
Cara Kerja:
·
Refraktometer dibersihkan terlebih dahulu
dengan tisu ke arah bawah
·
Refraktometer ditetesi dengan aquadest
atau larutan NaCl 5% pada bagian prisma dan day light plate
·
Refraktometer dibersihkan dengan kertas
tissue sisa aquadest / NaCl yang tertinggal
·
Sampel cairan diteteskan pada prisma
1 – 3 tetes
·
Skala kemudian dilihat ditempat yang bercahaya
dan dibaca skalanya
·
Kaca dan prisma dibilas dengan aquades /
NaCl 5% serta dikeringkan dengan tisu, dan
·
Refraktometer disimpan di tempat kering
b. Berdasarkan
rotasi optis
Cara ini digunakan berdasarkan sifat optis
dari gula yang memiliki struktur asimetrs (dapat memutar bidang polarisasi)
sehingga dapat diukur menggunakan alat yang dinamakan polarimeter atau
polarimeter digital (dapat diketahui hasilnya langsung) yang dinamakan
sakarimeter. Menurut hokum
Biot; “besarnya rotasi optis tiap individu gula sebanding dengan konsentrasi
larutan dan tebal cairan” sehingga dapat dihitung menggunakan rumus :
[a] D20 = 100 A
L x C
[a] D20 = rotasi jenis pada suhu 20 oC menggunakan
D = sinar kuning pada panjang gelombang 589 nm dari lampu Na
A = sudut putar yang diamati
C = kadar (dalam g/100 ml)
L = panjang tabung (dm)
sehingga C = 100 A
L x [a] D20
[a] D20 = 100 A
L x C
[a] D20 = rotasi jenis pada suhu 20 oC menggunakan
D = sinar kuning pada panjang gelombang 589 nm dari lampu Na
A = sudut putar yang diamati
C = kadar (dalam g/100 ml)
L = panjang tabung (dm)
sehingga C = 100 A
L x [a] D20
5.
Metabolisme karbohidrat
Semua jenis karbohidrat diserap dalam bentuk monosakarida, proses
penyerapan ini terjadi di usus halus. Glukosa dan galaktosa memasuki aliran
darah dengan jalan transfer aktif, sedangkan fruktosa dengan jalan difusi. Para
ahli sepakat bahwa karbohidrat hanya dapat diserap dalam bentuk disakarida. Hal
ini dibuktikan dengan dijumpainya maltosa, sukrosa dan laktosa dalam urine
apabila mengkonsumsi gula dalam jumlah banyak. Akhimya berbagai jenis
karbohidrat diubah menjadi glukosa sebelum diikut sertakan dalam proses
metabolisme. Proses metabolisme karbohidrat yaitu sebagai berikut:
I.
Glikolisis
Glikolisis
adalah rangkaian reaksi kimia penguraian glukosa (yang memiliki 6 atom C)
menjadi asam piruvat (senyawa yang memiliki 3 atom C), NADH, dan ATP. NADH
(Nikotinamida Adenina Dinukleotida Hidrogen) adalah koenzim yang mengikat
elektron (H), sehingga disebut sumber elektron berenergi tinggi. ATP (adenosin
trifosfat) merupakan senyawa berenergi tinggi. Setiap pelepasan gugus fosfatnya
menghasilkan energi. Pada proses glikolisis, setiap 1 molekul glukosa diubah
menjadi 2 molekul asam piruvat, 2 NADH, dan 2 ATP (Rochimah, 2009).
Glikolisis
memiliki sifat-sifat, antara lain: glikolisis dapat berlangsung secara aerob
maupun anaerob, glikolisis melibatkan enzim ATP dan ADP, serta peranan ATP dan
ADP pada glikolisis adalah memindahkan (mentransfer) fosfat dari molekul yang satu
ke molekul yang lain. Pada sel eukariotik, glikolisis terjadi di sitoplasma
(sitosol). Glikolisis terjadi melalui 10 tahapan yang terdiri dari 5 tahapan
penggunaan energi dan 5 tahapan pelepasan energi. Berikut ini reaksi glikolisis
secara lengkap: Dari skema tahapan glikolisis menunjukkan bahwa energi yang
dibutuhkan pada tahap penggunaan energi adalah 2 ATP. Sementara itu, energy
yang dihasilkan pada tahap pelepasan energi adalah 4 ATP dan 2 NADH. Dengan
demikian, selisih energi atau hasil akhir glikolisis adalah 2 ATP + 2 NADH
(Rochimah, 2009).
Proses
pembentukan ATP inilah yang disebut fosforilasi.
Pada tahapan glikolisis tersebut, enzim mentransfer gugus fosfat dari substrat
(molekul organic dalam glikolisis) ke ADP sehingga prosesnya disebut
fosforilasi tingkatsubstrat
(Rochimah, 2009)
Gambar
reaksi glikolisis
II.
Dekarboksilasi oksidatif
Tahapan dekarboksilasi oksidatif, yaitu
tahapan pembentukan CO2 melalui reaksi oksidasi reduksi (redoks)
dengan O2 sebagai penerima elektronnya. Dekarboksilasi oksidatif ini
terjadi di dalam mitokondria sebelum masuk ke tahapan siklus Krebs. Oleh karena
itu, tahapan ini disebut sebagai tahapan sambungan (junction) antara
glikolisis dengan siklus Krebs. Pada tahapan ini, asam piruvat (3 atom C) hasil
glikolisis dari sitosol diubah menjadi asetil koenzim A (2 atom C) di dalam
mitokondria. Pada tahap 1, molekul piruvat (3 atom C) melepaskan elektron
(oksidasi) membentuk CO2 (piruvat dipecah menjadi CO2 dan
molekul berkarbon 2). Pada tahap 2, NAD+ direduksi (menerima elektron) menjadi
NADH + H+. Pada tahap 3, molekul berkarbon 2 dioksidasi dan mengikat Ko-A
(koenzim A) sehingga terbentuk asetil Ko-A. Hasil akhir tahapan ini adalah
asetil koenzim A, CO2, dan 2NADH (Rochimah, 2009). Berikut gambar di
bawah ini reaksi dekarboksilasi oksidatif dan reaksinya.
III.
Siklus Krebs
Siklus
Krebs terjadi di matriks mitokondria dan disebut juga siklus asam trikarboksilat. Hal ini disebabkan siklus Krebs
tersebut menghasilkan senyawa yang mempunyai
gugus karboksil, seperti asam sitrat dan asam isositrat. Asetil koenzim
A hasi dekarboksilasi oksidatif memasuki matriks mitokondria untuk bergabung
dengan asam oksaloasetat dalam siklus Krebs, membentuk asam sitrat. Demikian
seterusnya, asam sitrat membentuk bermacam-macam zat dan akhirnya membentuk
asam oksaloasetat lagi (Rochimah, 2009).
Berikut
ini tahapan-tahapan dari 1 kali siklus Krebs:
1. Asetil
Ko-A (2 atom C) menambahkan atom C pada oksaloasetat (4 atom C) sehingga
dihasilkan asam sitrat (6 atom C).
2. Sitrat
menjadi isositrat (6 atom C) dengan melepas HO dan menerima H2O
kembali.
3. Isositrat
melepaskan CO2 sehingga terbentuk - ketoglutarat (5 atom C).
4. ketoglutarat
melepaskan CO2. NAD+ sebagai akseptor
atau penerima elektron) untuk membentuk NADH dan menghasilkan suksinil
Ko-A (4 atom C).
5. Terjadi
fosforilasi tingkat substrat pada pembentukan GTP (guanosin trifosfat) dan
terbentuk suksinat (4 atom C).
6. Pembentukan
fumarat (4 atom C) melalui pelepasan FADH2.
7. Fumarat
terhidrolisis (mengikat 1 molekul H2O) sehingga membentuk malat (4 atom C).
8. Pembentukan
oksaloasetat (4 atom C) melalui pelepasan NADH. satu siklus Krebs tersebut
hanya untuk satu molekul piruvat saja.
Sementara itu, hasil glikolisis menghasilkan 2
molekul piruvat (untuk 1 molekul glukosa). Oleh karena itu, hasil akhir total
dari siklus Krebs tersebut adalah 2 kalinya. Dengan demikian, diperoleh hasil
sebanyak 6 NADH, 2FADH2dan
2ATP (ingat: jumlah ini untuk
katabolisme setiap 1 molekul glukosa).
IV. Transfer
electron
Sebelum masuk rantai tanspor elektron yang
berada dalam mitokondria, 8 pasang atom H yang dibebaskan selama berlangsungnya
siklus Krebs akan ditangkap oleh NAD dan FAD menjadi NADH dan FADH. Pada saat
masuk ke rantai transpor elektron, molekul tersebut mengalami rangkaian reaksi
oksidasi-reduksi (Redoks) yang terjadi secara berantai dengan melibatkan
beberapa zat perantara untuk menghasilkan ATP dan H2O. Beberapa zat perantara dalam reaksi redoks, antara lain
flavoprotein, koenzim A dan Q serta sitokrom yaitu sitokrom a, a3, b, c, dan c1. Semua zat perantara itu berfungsi
sebagai pembawa hidrogen/pembawa elektron (electron carriers) untuk 1
molekul NADH2 yang masuk ke rantai transpor elektron dapat
dihasilkan 3 molekul ATP sedangkan dari 1 molekul FADH2 dapat dihasilkan 2
molekul ATP (Kistinnah, 2009).
Molekul pertama yang menerima elektron berupa
. avoprotein, dinamakan avin
mononukleotida (FMN). Selanjutnya, elektron dipindahkan berturut-turut
melewati molekul protein besi-sulfur (Fe-S), ubiquinon (Q atau CoQ), dan sitokrom (Cyst). Elektron melewati sitokrom b, Fe-S, sitokrom c1,
sitokrom c, sitokrom a, sitokrom a3, dan oksigen sebagai penerima elektron
terakhir. Akhirnya terbentuklah molekul H2O (air). Pada sistem
transportasi elektron, NADH dan FADH2 masing-masing menghasilkan
rata-rata 3 ATP dan 2 ATP. Sebanyak 2 NADH hasil glikolisis dan 2 NADH hasil
dekarboksilasi oksidatif masing-masing menghasilkan 6 ATP. Sementara itu, 6
NADH dan 2 FADH2 hasil siklus Krebs masing-masing menghasilkan 18
ATP dan 4 ATP. Jadi, sistem transportasi elektron menghasilkan 34 ATP
(Rochimah, 2009).
Setiap molekul glukosa akan menghasilkan 36
ATP dalam respirasi. Hasil ini berbeda dengan respirasi pada organism prokariotik.
Telah diketahui bahwa oksidasi NADH atau NADPH2 dan FADH2
terjadi dalam membrane mitokondria, namun ada NADH yang dibentuk di sitoplasma
(dalam proses glikolisis). Pada organism eukariotik, untuk memasukkan setiap 1
NADH dari sitoplasma ke dalam mitokondria diperlukan 1 ATP. Dengan demikian, 2
NADH dari glikolisis menghasilkan hasil bersih 4 ATP setelah dikurangi 2 ATP.
Sementara itu, pada organisme prokariotik, karena tidak memiliki sistem membran
dalam maka tidak diperlukan ATP lagi untuk memasukkan NADH ke dalam mitokondria
sehingga 2 NADH menghasilkan 6 ATP. Akibatnya total hasil bersih ATP yang
dihasilkan respirasi aerob pada organisme prokariotik, yaitu 38 ATP (Sembiring,
2009).
DAFTAR
PUSTAKA
Sumantri, Abdul. 2007. Analisis
Makanan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.Puspita,
putri.2013.UjiKuantitatifKarbohidrat.online:http://organiksmakma3a26.blogspot.com/2013/03/uji-kuantitatif-karbohidrat.html
(diakses tanggal 10 Maret 2016).
Fathony, Irsyad.
2011. Pengaruh Pengolahan Terhadap Nilai
Gizi.
http://irsyadfathony.blogspot.com/2011/04/pengaruh-pengolahan-terhadap-nilai-gizi.html
(diakases pada 10 September 2013)
Lehninger, Thenawijaya. 1993. Dasar-Dasar Biokimia I. Jakarta: Erlangga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar