Baca Juga
Kerajaan Islam Di Maluku
Islam
masuk ke Maluku pada abad ke 15 sekitar tahun 1460, raja Ternate memeluk agama islam
yaitu Fongi Tidore. Namun, menurut Taufik dalam Yatim berpendapat raja pertama
yang muslim yaitu Zainal‘Abidin, pada masa itu perdagangan muslim meningkat dan
para pedagang ingin belajar tentang islam pada madrasah giri. Di Giri, ia
dikenal dengan raja cengkeh. Selain itu ia juga dikenal sebagai penyebar utama
Islam di Maluku.[1] Berita Portugis juga mengungkapkan
hubungan antara Jawa dan Maluku. Menurut Pires dalam daliman raja-raja Maluku
mulai masuk Islam sekitar 1460-1465, sedangkan menurut Antonio Galfao Islam
masuk sekitar 1540-1545.[2]
Kedudukan
raja Islam di Maluku semakin tinggi dan penting berkat perdagangan
rempah-rempah yang menyebabkan rasa semangat untuk memperluas wilayah
kekuasaannya dalam menguasai jalur perdagangan.
Kerajaan-kerajaan yang berada di Maluku meliputi:
1. Kerajaan Jailolo
Kerajaan Jailolo merupakan kerajaan tertua di
Maluku. Namun, karena penduduk ternate, tidore dan bacan lebih banyak maka
ketiga daerah itu lebih menonjol. Kerajaan ini berdiri sejak 1321. Wilayahnya
meliputi; sebagian Halmahera dan pesisir utara Pulau Seram. Masuknya Islam di
kerajaan ini, tidak lepas dari jasa-jasa para mubaligh; Datuk Mulia Husin,
Patih Putah dan Syekh Mansur.[3]
2. Kerajaan Bacan
Raja pertama dari Kerajaan Bacan adalah Sultan Zainul
Abidin yang memeluk agama Islam sejak 1521. Dalam kerajaan Bacan, seorang raja
dalam pemerintahannya didampingi oleh seorang Mangkubumi. Wilayah kekuasaanya
meliputi; Kepulauan Bacan, Obi, Waigeo, Solawati dan Irian Barat (Papua).[4]
Raja-raja yang pernah memimpin Kerajaan Jailolo yaitu;
Sultan Darajati, Fataruba, Tarakabun, Nyiru, Yusuf, Dias, Bantari, Sagi dan
Sultan Hasanuddin (memeluk Islam).[5]
3. Kerajaan Ternate
Pada
awalnya penduduk Ternate (Pulau Gapi) merupakan warga eksodus dari Halmahera.
Awalnya, di Ternate, terdapat empat kampung yang masing-masing dikepalai oleh
seorang momole (kepala marga). Mereka itulah yang mengadakan hubungan dengan
para pedagang yang datang dari segala penjuru untuk mencari rempah-rempah.
Mereka jugalah yang mendirikan kerajaan Ternate, Tidore, Bacan dan Jailolo.
Penduduk ternate semakin ramai sebab banyaknya para pedagang yang bermukim
disana, mulai dari pedagang arab, jawa, melayu dan tionghoa. Dengan hal ini,
menyebabkan datangnya para perampok sehingga muncullah ide para momole untuk mengangkat
seorang raja tunggal.
Raja
terpilih yaitu Baab Mashur Malamo beliau menjadikan kerajaan gapi berpusat di
kampung ternate sehingga orang-orang lebih suka mengatakan kerajaan ternate.[6] Berkembangnya
kerajaan Ternate menimbulkan iri hati terhadap kerajaan di sekelilingnya.
Timbullah sengketa antara Ternate dan Tidore., Bacan dan Jailolo. Dengan hal
ini,maka diadakan sebuah persetujuan yaitu Persetujuan Motir. Persetujuan ini
menyatakan bahwa Raja Jailolo akan menjadi raja utama, sebab ialah raja tertua,
diikuti raja Ternate, Tidore dan Bacan. Hal ini tidak berlangsung lama, sebab
Ternate berhasil menempatkan diri sebagai raja utama. Pada akhir abad ke-16,
Ternate berhasil meluaskan wilayah kekuasaannya.
Islam masuk di kerajaan Ternate pada waktu masa Raja
Zainal Abidin yang sempat belajar di Giri. Kemudian, setelah ia kembali di
Maluku, ia bertemu dengan Patih Puta yang sudah menganut agama Islam. Kemudian,
mereka bekerja sama dengan Mubaligh Datuk Mulia Husin untuk mengembangkan Islam
sampai ke Kerajaan Jailolo. Tak lama kemudian, Portugis datang ke Maluku. Hal
ini membangkitkan pertentangan di Ternate, baik dari segi perdagangan maupun
persaingan agama. Portugis membawa agama Kristen yang ditanamkan oleh
Franciscus Xaverius kepada rakyat Maluku. Dengan hal ini, mengakibatkan
orang-orang Tidore bisa bersatu dengan Ternate untuk melawan Portugis sehingga
jatuhlah Benteng Portugis pada tahun 1575.[7]
4. Kerajaan Tidore
Tidore
dikenal dengan nama Kie Duko, yang diartikan sebagai pulau bergunung api.
Kerajaan tidore berpusat pada wilayah kota tidore (mauku utara). Pendiri
pertama kerajaan tidore yaitu jou kolano sahjati.Menurut
catatan Portugis, Tidore berdiri sejak Jou Kolano Sahjati naik tahta. Namun
tidak diketahui pusat kerajaannya ada dimana. Sejak awal berdirinya Tidore
sampai raja ke-4, pusat Kerajaan Tidore belum bisa dipastikan keberadaannya.
Barulah pada masa raja Kolano Balibunga pusat kerajaan diketahui yaitu di
Balibunga. Di kerajaan Tidore sempat beberapa kali terjadi perpindahan ibu kota
atau pusat kerajaan, banyak sekali faktor yang mempengaruhinya mulai dari
pergantiannya seorang raja, wilayahnya yang luas bahkan menjauhi dari serangan
para musuh serta untuk tujuan dakwah.
Pada tahun 1521, Sultan Mansur di Tidore menerima
Spanyol sebagai sekutu untuk mengimbangi Ternate yang bersekutu dengan
Portugis.[8] Kedatangan Spanyol diprotes oleh
Portugis karena dianggap telah melanggar Perjanjian Tordesillas pada 1494. Pertikaian
Portugis dan Spanyo memperlemah kedudukan Tidore dan Ternate,
misalnya perebutan Benteng Spanyol di Tidore. Akhirnya, pertikaian ini di
akhiri dengan adanya pembaharuan Perjanjian Tordesillas yang mempertegas bahwa
kepulauan Maluku menjadi kekuasaan Portugis.[9]
Setelah Spanyol mundur dari Maluku, Tidore menjadi
kerajaan yang paling terkemuka di wilayah Maluku. Sebab, Tidore berhasil
menolak penguasaan VOC terhadap wilayahnya dan Tidore menjadi merdeka hingga
akhir abad ke-18. Selain kedatangan Spanyol, Belanda juga datang untuk
menguasai Maluku. Inggris pun ikut campur dalam masalah ini dengan membantu
mengusir Belanda. Hal ini,terjadi pada masa raja Sultan Nuku. Sultan Nuku
memberi kebebasan kepada Inggris untuk menguasai Ambon dan Banda serta
mengadakan perjanjian damai dengannya.[10]
Raja-Raja di Kerajaan Maluku
Adapun raja-raja di kerajaan
Ternate sebagai berikut:
1. Baab
Mashur Malamo
2. Jamin
Qadrat
3. Komala
Abu Said
4. Bakuku
(Kalabata)
5. Ngara
Malamo (Komala)
6. Patsaranga
Malamo
7. Cili
Aiya (Siding Arif Malamo)
8. Panji
Malamo
9. Syah
Alam
Adapun raja-raja di Kerajaan Tidore sebagai berikut:
1. Sultan
Nuruddin
2. Sultan
Hasan Syah
3. Sultan
Cirililiat Alias Jamluddin
4. Sultan
Mansyur
5. Sultan
Aminuddin Iskandar Zulkarnain
6. Sultan
Rijali Mansur
7. Sultan
Iskandar Isani Alias Amiril Mathlan Syah
8. Sultan
Gapi Babuna Alias Bifadlil Siradjuddin Arifin
9. Sultan
Fola Madjino Alias Zainuddin
Masa Kejayaan Ternate dan Tidore
1. Masa Kejayaan Kerajaan Ternate
Kerajaan Ternate berada pada masa kejayaan saat
dipimpin oleh Sultan Baabullah yang dapat meluaskan wilayah kekuasaanTernate
yaitu meliputi; batas-batas di utara sampai Mindanao, di Selatan sampai Bima,
di Timur sampai Irian Barat (Irian Jaya) dan di sebelah Barat sampai Makassar.[13]
2. Masa kejayaan kerajaan Tidore
Pada
masa Sultan Nuku, Kerajaan Tidore berkembang dengan pesat. Mulai dari wilayah
kekuasaannya yang mencapai Kepulauan Pasifik. Menurut catatan sejarah Tidore,
Sultan Nuku yang member nama pulau-pulau wilayah kekuasannya, adapun nama-nama
pulau yang hingga saat ini masih memakai nama Nuku yaitu; Nuku Hifa, Nuku Oro,
Nuku Maboro, Nuku Nau, Nuku Lae-Lae, Nuku Fetau dan Nuku Nono.[14]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar